Sabtu, 20 Februari 2016

Resensi Buku Lorong Seratus Hari

Lorong Seratus Hari
Karya : Ary Nilandari
Ilustrasi : Riswan Widhiarto
Penerbit : Talikata Publishing Home
Tebal Buku : 154 halaman

Beno menggigit bibirnya yang gemetar. Ini kelima kalinya berakrobat malam-malam, tanpa penonton, tapi kakinya terasa kaku… Aduh! Belakang kepalanya di tampar. Masih sempat dilihatnya, tangan lebar pucat itu berkelebat hendak memukul untuk kedua kalinya
Kejadian lima tahun yang lalu muncul lagi dalam mimpinya, namun masa lalu yang tidak menyenangkan sudah lewat. Kini Beno memulai hidup tenang bersama paman Radi.
Beno membunta Kang Hilal mengantar Koran, uangnya di gunakan untuk kebutuhan sahari-hari, Paman Radi juga membangun sebuah bengkel di rumah mereka.
Namun ternyata Muka pucat datang kembali dan mengancam agar Beno dan Paman Radi kemabli ikut dengan aksinya.
Akhirnya mereka meminta bantuan kepada orang terdekat. Mereka sempat ke sebuah tempat bernama lorong seratus hari, yang konon memiliki cabang yang banyak dan orang-orang akan terperangkap di sana selama seratus hari, dan akan keluar pada hari keseratus.
Ketika selasa malam Beno melakukan aksinya, tapi beberapa lama kemudian Polisi datang dan menangkapi anak buah muka pucat kecuali seorang anak buah yang ternyata kepala polisi yang menyamar.
Namun Beno di bawa lari oleh muka pucat, namun di jalan beno menyelamatkan diri, ia berlari ke Lorong seratus hari dan bersembunyi di sebuah ruangan kecil danmauk ke lubang gua kecil yang ada di dalamnya.
Muka pucat mengejar Beno dan ia masuk  ke Lorong seratus hari dan tak pernah muncul lagi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar