Karya : Ary
Nilandari
Ilustrasi :
Riswan Widhiarto
Penerbit :
Talikata Publishing Home
Tebal Buku :
154 halaman
Beno menggigit bibirnya yang gemetar. Ini kelima
kalinya berakrobat malam-malam, tanpa penonton, tapi kakinya terasa kaku… Aduh!
Belakang kepalanya di tampar. Masih sempat dilihatnya, tangan lebar pucat itu
berkelebat hendak memukul untuk kedua kalinya
Kejadian lima tahun yang lalu muncul lagi dalam
mimpinya, namun masa lalu yang tidak menyenangkan sudah lewat. Kini Beno memulai
hidup tenang bersama paman Radi.
Beno membunta Kang Hilal mengantar Koran, uangnya
di gunakan untuk kebutuhan sahari-hari, Paman Radi juga membangun sebuah
bengkel di rumah mereka.
Namun ternyata Muka pucat datang kembali dan
mengancam agar Beno dan Paman Radi kemabli ikut dengan aksinya.
Akhirnya mereka meminta bantuan kepada orang
terdekat. Mereka sempat ke sebuah tempat bernama lorong seratus hari, yang
konon memiliki cabang yang banyak dan orang-orang akan terperangkap di sana
selama seratus hari, dan akan keluar pada hari keseratus.
Ketika selasa malam Beno melakukan aksinya, tapi
beberapa lama kemudian Polisi datang dan menangkapi anak buah muka pucat
kecuali seorang anak buah yang ternyata kepala polisi yang menyamar.
Namun Beno di bawa lari oleh muka pucat, namun di
jalan beno menyelamatkan diri, ia berlari ke Lorong seratus hari dan
bersembunyi di sebuah ruangan kecil danmauk ke lubang gua kecil yang ada di
dalamnya.
Muka pucat mengejar Beno dan ia masuk ke Lorong seratus hari dan tak pernah muncul
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar